Ada tiga cara seseorang merespons ketika disakiti atau diperlakukan tidak adil, dan masing-masing mencerminkan tingkat kedewasaan yang berbeda. Membalas dendam adalah reaksi yang muncul dari luka dan kelemahan—ia memberi kepuasan sesaat, tapi sering kali memperpanjang rasa sakit dan konflik. Itulah sebabnya disebut sebagai pilihan orang lemah.
Sementara itu, memaafkan membutuhkan kekuatan hati. Memaafkan bukan berarti melupakan atau membenarkan kesalahan, tapi memilih untuk tidak membiarkan luka itu mengendalikan hidup kita. Orang kuat memaafkan karena mereka mengerti bahwa damai di hati lebih berharga daripada menyimpan dendam.
Namun kadang, dalam situasi tertentu, yang paling bijak adalah mengabaikan. Bukan karena tidak peduli, tapi karena tidak semua hal layak mendapat reaksi. Orang yang cerdas tahu kapan harus bicara, kapan harus diam, dan kapan sebuah persoalan cukup ditinggalkan demi kedamaian batin dan fokus pada hal-hal yang lebih penting.
Hal-hal tersebut di atas tidak jarang menimpa kepada siapa saja tak terkecuali lebi-lebih bagi orang yang berada lingkungan kerja yang melibatkan banyak orang, pada lingkungan pergaulan dan bermasyarakat bahkan dalam lingkungan keluarga sekalipun .
Kadang, ketika seseorang kehabisan alasan logis atau tidak mampu membantah sebuah argumen secara rasional, mereka memilih untuk merasa tersinggung sebagai bentuk perlawanan. Ini bukan karena argumen tersebut salah, tetapi karena kenyataannya sulit diterima atau menyentuh keyakinan yang sudah lama tidak dipertanyakan. Dalam situasi seperti ini, rasa tersinggung menjadi tameng untuk menghindari dialog yang jujur.
Richard Dawkins menyoroti fenomena ini sebagai bentuk kegagalan dalam berpikir kritis. Bukannya mendebat dengan pikiran terbuka atau mencari pemahaman yang lebih dalam, banyak orang justru menggunakan perasaan tersinggung untuk menghentikan percakapan. Ini menjadikan emosi sebagai pengganti argumen, dan sering kali menutup pintu bagi pertumbuhan intelektual.
Padahal, dalam ruang berpikir yang sehat, ketidaknyamanan adalah hal wajar. Gagasan yang berbeda atau bahkan bertentangan bisa menjadi cermin yang memaksa kita melihat ulang pandangan kita sendiri. Jadi, daripada cepat-cepat merasa tersinggung, lebih baik kita belajar bertanya: apakah saya benar-benar tersinggung karena niat buruk, atau karena saya belum siap menerima sudut pandang baru?
Tersinggung hanyalah karena tidak memahami pikiranya dengan benar .
Semua rasa yg kita kenal selama ini muncul dari proses berpikir saja .
Cara kita mengartikan dan cara merespon akan menentukan rasa yg diterima . Makanya ada nasehat : UBAHLAH CARA PANDANGMU MAKA MASALAH AKAN SELESAI DG SENDIRINYA .
Jadi semua masalah yg menimbulkan adalah pikiran sendiri dimana kita tidak pernah mempelajarinya terlebih dahulu . Dan yg perlu diketahui adalah pikiran bukanlah kita dan hanya mesin komputer canggih yg otomatis memproses saat panca indera kita normal .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Buka terus info, ambil artikel bermanfaat,sebarkan ke semua orang,
Untuk mencari artikel yang lain, masuk ke versi web di bawah artikel, ketik judul yang dicari pada kolom "Cari Blog di sini " lalu enter