Halaman

Mei 15, 2025

CARA BELAJAR AGAR TIDAK JADI ORANG BODOH YANG MEMBAHAYAKAN DAN BELAJAR UNTUK TIDAK BODOH

ORANG BODOH DALAM ARTIKEL INI BEDA DENGAN KATA GOBLOK DALAM KONSEP BISNIS
Tingkat kecerdasan, daya pikir dan daya nalar manusia yang merupakan makhluk sempurna ternyata terbagi berbagai tingkatan dan kategori  diantaranya : Genius,sangat cerdas, cerdas, pandai,pintar,Sedang,kurang pintar, bodoh, dan sangat bodoh bahkan ada yang idiot.
Kutipan Seneca ini mengingatkan kita bahwa kombinasi antara ketidaktahuan dan rasa yakin yang tinggi bisa jadi "berbahaya", bahkan tragis. 









Karena keyakinan tanpa pemahaman sering kali menghasilkan keputusan yang merusak, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga orang lain.

Bayangkan seseorang yang sangat yakin dengan pendapatnya—padahal salah. 

Ia berbicara dengan penuh percaya diri, memengaruhi orang lain, bahkan mungkin membuat keputusan besar... tapi dasarnya keliru.

Pernahkah kamu menjumpai orang yang "sangat yakin", tapi jelas tidak tahu apa yang sedang ia bicarakan?

Menurutmu, apa yang membuat orang tetap yakin meskipun minim pengetahuan?

Bagaimana cara menjaga keseimbangan antara percaya diri dan kerendahan hati dalam berpikir?

Diskusi ini penting—karena dunia tidak kekurangan suara keras, tapi sering kekurangan suara bijak.

Salam Kato 🖐️
BACA JUGA ARTIKEL INI : 

Memang dalam kehidupan sehari-hari, dalam lingkungan masyarakat,perusahan- perusahaan,  bahkan perkumpulan kongko-kongko dalam obrolan akan selalu ada manusia yang sok pinter, merasa lebih tau, karena ingin dipuji atau dianggap pinter.
Sehingga orang model begini biasa disebut seperti katak dalam tempurung, yah, katak dalam tempurung yang tidak mengetahui dunia luar merasa lebih pol.
Jadi orang yang bodoh apabila terpojok akan mengeluarkan jurus"NGEYEL" dan dalil "POKOKE" suka memaksakan kehendak yang tidak relefan.
jadi biar tidak bodoh, kita harus sering membaca buku yang bagus dan positif, karena Buku bukan hanya kumpulan kata, tapi jendela menuju dunia lain—tempat di mana ketidaktahuan dilawan dengan pengetahuan, dan kebosanan dikalahkan oleh imajinasi. Setiap halaman membawa kita lebih dekat pada pemahaman yang lebih luas, tidak hanya tentang dunia, tetapi juga tentang diri sendiri.
BACA JUGA ARTIKEL INI : 
Dalam keheningan membaca, kita berdialog dengan para pemikir besar dari berbagai zaman. Mereka menawarkan perspektif, pertanyaan, dan kadang jawaban yang tak kita temukan dalam percakapan sehari-hari. Buku tidak menghakimi; ia menanti, terbuka, dan selalu siap membimbing siapa saja yang bersedia belajar,disamping itu dengan membaca akan mengaktifkan sel-sel otak sehingga akan selalu terjaga kelangsunganya dengan demikian penyakit alziemer atau kepikinan bisa dihindari, silahkan buka dan baca artikel berikut :

Maka saat hidup terasa hampa atau pikiran serasa mandek, bukalah sebuah buku. Biarkan kata-kata mengisi ruang kosong dalam benakmu, membakar semangatmu, dan memperluas cakrawalamu. Karena penawar terbaik dari kekosongan jiwa bukanlah pelarian, tapi pencarian—dan buku adalah salah satu jalannya.

ARTIKEL TAMBAHAN :
Kutipan James Allen ini mengajak kita untuk refleksi.

"Orang bodoh menyalahkan dunia; orang bijak memperbaiki dirinya." 

Menarik, bukan? 

James Allen sepertinya ingin mengatakan bahwa ketika kita menghadapi kesulitan, orang yang bijak akan fokus pada diri mereka sendiri—memperbaiki cara berpikir, tindakan, atau bahkan sikap—daripada hanya menyalahkan faktor eksternal.

Pernahkah kamu merasa mudah untuk menyalahkan situasi, orang lain, atau bahkan nasib ketika sesuatu tidak berjalan sesuai harapan? 

Tapi apakah itu benar-benar menyelesaikan masalah? 

Mungkin, justru dengan melihat ke dalam diri kita sendiri, kita bisa menemukan cara untuk bertumbuh dan memperbaiki diri.

Apakah kamu pernah mengalami momen di mana perubahan dalam diri sendiri justru mengubah cara pandangmu terhadap dunia? 

Atau, mungkin ada situasi yang membuat kamu merasa sangat frustrasi dan ingin menyalahkan segala sesuatu di luar diri?

Apa yang menurutmu lebih efektif—mengubah diri sendiri atau menunggu dunia berubah?

Salam Kato 🖐️
ARTIKEL LAIN :
Belajar bukan sekadar menerima informasi lalu menghafalnya, tetapi sebuah proses aktif yang melibatkan pemahaman, keterlibatan, dan perenungan. Paulo Freire menekankan bahwa pengetahuan sejati tidak diberikan begitu saja oleh guru kepada murid, melainkan dibentuk secara dialogis—melalui percakapan, pertanyaan, dan pencarian makna bersama.

Dalam proses ini, diskusi menjadi sarana penting untuk memperluas cara pandang dan menantang asumsi. Ketika seseorang berdialog, ia tidak hanya menyampaikan pendapat, tapi juga mendengarkan, menimbang, dan menyesuaikan pemahamannya. Itulah kenapa pendidikan tidak boleh bersifat satu arah; pembelajar harus diberi ruang untuk bertanya, berdiskusi, dan mempertanyakan apa yang ia pelajari.

Refleksi adalah tahap yang mengikat semuanya. Di sinilah pengetahuan menjadi milik pribadi, karena sudah melalui proses pemikiran yang mendalam. Belajar bukan lagi soal “apa yang diketahui,” tetapi “bagaimana pengetahuan itu mengubah cara seseorang melihat dunia dan bertindak di dalamnya.” Bagi Freire, belajar yang sejati harus membebaskan, bukan sekadar memberitahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Buka terus info, ambil artikel bermanfaat,sebarkan ke semua orang,
Untuk mencari artikel yang lain, masuk ke versi web di bawah artikel, ketik judul yang dicari pada kolom "Cari Blog di sini " lalu enter