April 18, 2025

RIBUT IJAZAH DITAHAN, DIANGGAP PALSU, KABUR AJA DULU

Fenomena ngetrend meributkan ijazah, apa sih ijazah itu ? sejauh mana kepentinganya ? 
apakah kurang penting, penting, atau penting sekali ? 
Ijazah adalah sebuah pengakuan formal bahwa pemiliknya secara resmi di akui telah menempuh pendidikan formal, mulai dari tingkat dasar yaitu SD ( sekolah dasar ) , tingkat menengah yaitu SMP ( Sekolah Menengah Pertama ) tingkat atas seperti SMA ( Sekolah Menengah Atas ) dan sekolah kejuruan SMK ( Sekolah Menengah Kejuruan ) kalau zaman dulu terkenal dengan STM ,SMEA yang memang merupakan jalur pendidikan yang siap terjun didunia kerja apabila telah lulus,
kemudian tingkat mahir dengan menempuh pendidikan Diploma ( D3,D4 ) di lembaga akademi,dan juga ibstitut  kemudian tingkat Strata atau sarjana ada S1,S2,S3 bahkan sampai guru besar dari tingkat profesor, Doktor.
Nah akhir-akhir ini ada keributan yang sangat ramai di masmedia online yaitu penahanan  ijazah oleh oknum perusahaan kemudian penuduhan atau kecurigaan pemalsuan ijazah.
Berbicara mengenai penahanan ijazah, bagaimana menurut hukum dan apa alasan untuk menahan ijazah ?
Jadi ijazah merupakan bukti kekayaan intelektual yang mestinya termasuk barang berharga yang selalu dijaga keamananya jangan sampai hilang, disalah gunakan orang lain yang tidak bertanggung jawab, tidak sembarangan diumbar begitu saja secara vulgar kecuali digunakan untuk hal-hal resmi sebagai persyaratan administrasi ke sebuah lembaga yang bertanggung jawab.
Mestinya ada hukum jelas apabila perusahaan swasta atau instansi yang meminta persyaratan penahanan ijazah, karena untuk mendapatkan ijazah merupakan hasil perjuangan yang panjang, kerja keras ,biaya, waktu, otak, sehingga apabila diminta atau ditahan pihak lain pertanggung jawabanya bagaimana, misalnya si penahan tiba-tiba meninggal , atau terjadi bencana seperti kebakaran, gempa bumi dahsyat,banjir bandang dan lain-lain sehingga menjadikan ijazah yang ditahan hilang, ikut terbakar, apakah bagi yang menahan bisa mendapatkan kembali ijazah tersebut dan menyerahkan kepada pemilik ?  apabila tidak bagaimana proses hukumnya? karena tidak menutup kemungkinan pengusaha atau instansi bersangkutan akan lari dari tanggung jawab.
BUKA DAN TONTON VIDEO INI : KALAU PAK RT DITUDUH IJAZAH PALSU
Kemungkinan  alasan si penahan ijazah adalah sebagai jaminan agar pekerja tidak keluar untuk pindah pekerjaan, karena memang tidak mudah nencari pekerja atau karyawan yang kompetable dan kapabel,dilain pihak pengusaha atau instansi apabila tidak memberikan kesejahteraan yang layak, pekerja terpaksa tidak bisa berbuat apa-apa sehingga bekerja penuh dengan keterpaksaan dan ketidak nyamanan.
Hal yang lebih heboh lagi atas tuduhan ijazah mantan Presiden Republik Indonesia ke 7 yaitu Bp.Joko Widodo dituduh palsu oleh oknum-oknum intelektual, yang diketahui apa tendensi dan tujuan penuduhan tersebut,dan ternyata ini juga bisa menggiring opini bagi orang-orang yang sejalan dengan pola pikir mereka,nah tentunya ini akan mengusik apabila pemilik ijazah,kalau penuduhan benar tentunya ada konsekwensi hukum, namun apabila tuduhan tidak benar tentu saja yang menuduh juga akan menerima konsekwensi hukum karena membuat onar masyarakat, melecehkan lembaga penerbit ijazah,sehingga polemik ini memang harus dibawa ke ranah hukum, harus ada pembuktian kevalidan di depan para hakim,yang bisa juga dikhawatirkan bagi orang-orang yang sudah terlanjur malu atas tuduhanya, juga orang-orang yang terhasut akan membuat statemen lagi dengan mencurigai hakim dan tidak mengakui kesalahan yang telah mereka lakukan, bisa disebabkan karena malu dan gengsi, juga takut reputasi keahlianya luntur, padahal akibat dari semua itu ada akibat hukum dunia dan akhirat, lebih lagi itu merupakan hal yang tidak elok, tetap memaksakan pendapatnya bahwa ijazah harus dinyatakan palsu dengan berbagai cara, sampai minta di uji firensik ke negara lain, ini jelas pola pikir yang sangat konyol. 
Beralih ke pembahasan lain tentang istilah "KABUR AJA DULU", beberapa waktu lalu ada beberapa anak bangsa yang merasa jengah oleh bagi mereka carut marut negeri, memutuskan untuk meninggalkan negara dan hidup di luar negeri alias memilih negara lain untuk melangsungkan kehidupan yang mereka menganggap merasa lebih nyaman, padahal banyak orang asing atau orang luar negeri yang ngiri kondisi alam dan kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia, juga budaya serta masyarakatnya yang ramah bersahabat.
ternyata dari kasus isu ijazah palsu banyak juga orang yg mengaku pinter tapi terjerumus dalam kedengkian sehingga berlumuran dosa akibat ghibah, menjelekan, mencela,memgumpat ,bersuudzon ,terbawa emosi yang tidak terkontrol sehingga seperti kehilangan akal sehat...provokator telah berhasil menggiring opini dalam kejahatan moral, etika bahkan intelektual, padahal tidak tau yang sesungguhnya tapi merasa sangat tau.
Dengan hal tersebut telah memunculkan energi negatif dari orang-orang terprovokasi, yang mestinya memilki pemikiran yang cerdas bisa untuk memajukan bangsa justru terseret dalam isu-isu yang tidak bermanfaat.

Pernyataan ini mengkritik fenomena yang kian terlihat dalam masyarakat digital: runtuhnya otoritas pengetahuan dan tumbuhnya kepercayaan buta terhadap suara yang paling keras, bukan yang paling tahu. Ketika informasi tersedia di mana-mana, batas antara opini dan fakta menjadi kabur. Akibatnya, siapa pun bisa merasa “cukup tahu” hanya dengan menonton satu video atau membaca satu postingan, lalu mengabaikan puluhan tahun riset, pendidikan, dan pengalaman para ahli.

Fenomena ini bukan hanya soal kesombongan intelektual, tetapi juga menunjukkan krisis kepercayaan terhadap institusi. Banyak yang merasa bahwa para ahli adalah bagian dari sistem yang jauh dari kehidupan mereka—elitis, bias, atau tidak memahami realitas sehari-hari. Akibatnya, mereka mencari narasi alternatif, meskipun narasi itu datang dari orang-orang yang tak memiliki landasan pengetahuan yang kuat.

Namun dalam jangka panjang, sikap ini berbahaya. Masyarakat yang membenci ilmu, tapi percaya pada sembarang opini, akan mudah tersesat dalam kebingungan, teori konspirasi, dan kebijakan yang merugikan diri sendiri. Menghargai keahlian bukan berarti menelan mentah-mentah, tapi memberi tempat yang semestinya bagi mereka yang mendedikasikan hidupnya untuk memahami sesuatu secara mendalam. Sebab jika kebenaran jadi soal siapa yang paling keras bicara, maka akal sehat sedang berada dalam ancaman.
#jokowi
#roy suryo
#dr.Tifa
#ijazah




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Buka terus info, ambil artikel bermanfaat,sebarkan ke semua orang,
Untuk mencari artikel yang lain, masuk ke versi web di bawah artikel, ketik judul yang dicari pada kolom "Cari Blog di sini " lalu enter

POLYESTER

CARA PARA PEMIMPIN BESAR MELANGKAH

Mengapa banyak pemimpin besar di Asia Timur mengagumi ajaran Confucius? Dan mengapa nilai-nilai kuno dari 2.500 tahun lalu masih relevan di ...