Juni 10, 2025

PERBEDAAN SHIN TAE YONG VS PATRICK KLUIVERT SETELAH TIMNAS DIBABAT HABIS JEPANG

Babak kualifikasi penyisian group C zona Asia telah selesai, dimana Timnas Indonesia di jamu Jepang, Arab Saudi menjamu Australia sedangkan China menjamu Bahrain.


Meskipun sebenarnya sebelum laga pamungkas sudah diketahui tim yang langsung Lolos, dan tim yang masuk babak ke 4 ,demikian juga tim yang pasti tersingkir akan tetapi pertandingan tetap fokus, misalnya Australia tetap berusaha mengalahkan Arab Saudi dan hasilnyapun Arab Saudi harus mengakui keunggulan Australia dengan skor 1-2, Sedangkan China yang mempertaruhkan gengsi setelah kalah dari Indonesia mampu mengalahkan Bahrain 1-0, sedangkan Indonesia saat bertamu ke Jepang terpaksa harus pulang dengan tertunduk karena di babat habis 6-0 oleh Jepang, padahal timnas jepang tidak main dengan full tim setidaknya ada 9 pemain yang belum pernah  diturunkan selama kompetisi, telah dimainkan saat menghadapi Indonesia, dan Pelatih Indonesia ,Patrick Kluivert menurunkan beberapa pemain yang kurang jam mainya seperti Beckham Putra, Yance Sayuri ,sedangkan untuk penjaga gawang menurunkan Emil Adguero yang tampil gemilang saat melawan China,mencadangkan Rizky Ridho, Calvin Verdonk, Eggy Maulan Vikri , pada babak ke 2 mencoba memasukan Marcelino Ferdinan dan Ricky Kambuaya, tapi tidak merubah keadaan, tetap saja mengalami kesulitan untuk melepaskan diri dari tekanan para pemain Jepang.
Jepang memang melakukakan determinasi tinggi, bermain taktis dan visioner, cara menempatkan bola, cara mencari ruang kosong dan pembawa bola sudah tau teman mau begerak kemana, kemudian saat pemain kita menguasai bola langsung dipressing,apabila temanya sedikit kerepotan langsung dibantu untuk pressing pemain kita, kejelian kejeniuasan para pemain jepang benar-benar patut diacungi jempol, ini strategi pelatih sangat brilian cara melatih para pemain bisa melakukan hal tersebut sungguh luar biasa, sementara pelatih Indonesia Patrick Kluivert sangat minim taktik dan strategi sangat beda jauh dengan Shin Tae Yong , bisa memahami sepak bola Asia, 
bila dilihat secara statistik dengan defisit gol sangat jelas kemampuan strategi dan taktik  Patrik Kluivert hanya 40 % nya dari Shin Tae Yong dimana saat dilatih Shin Tae Yong dengan lawan yang sama yaitu Australia dan Jepang , timnas Indonesia hanya kebobolan 4 , sedangkan saat dilatih Patrick Kluivert Indonesia kebobolan 11 dan memasukan 1 jadi defisit gol 10.
Ditinjau dari segi produktifitas gol saat melawan Bahrain maupun China,strategi  Patrick Kluivert tetap kalah dari ShinTae Yong, dimana waktu itu bisa mencetak 2 gol di Bahrain dan 1 gol di China berarti memilki 3 gol , sedangkan saat di tangani Patrick Kluivert hanya mencetak 2 gol , 1 saat mengalahkan Bahrain , 1 saat mengalahkan China.
Perbandingan kualitas dalam sebuah kompetisi itu wajib, karena untuk melakukan evaluasi dan bisa melakukan perbaikan, jadi kesimpulanya Patrick Kluivet justru kualitas kepelatihanya lebih buruk dari Shin Tae Yong.

by : Sunarta
#Erick Tohir
#Patrick Kluivert
#PSSI
#Timnas
#Shin Tae Yong


di bawah artikel dari copad.

Garuda Terkapar, Setengah Lusin Gol Bersarang

“Setengah lusin gol, tenang. Kita tetap lolos, kok!” Ungkapan untuk menutupi rasa malu, terutama dengan negeri tetangga. Ya, Timnas kesayangan kita masih sangat jauh dari segi kualitas. Walau banyak diperkuat pemain liga di Eropa, tetap tak berkutik di hadapan pemain Jepang. Mari kita ungkap kekalahan sangat menyakitkan ini, wak!

Pada malam yang sakral di Panasonic Stadium Suita, langit Jepang tampak tenang. Mungkin terlalu tenang, seolah sudah tahu bahwa badai akan segera menghantam gawang Timnas Indonesia, bukan sebaliknya. Harapan rakyat Indonesia menumpuk seperti cucian lebaran. Ingin bersih, tapi air mati. Ribuan jiwa berdebar menanti keajaiban, dengan kopi hangat dan pisang goreng garing di tangan, seperti ritual wajib sebelum menyaksikan duel epik antara Garuda dan Samurai Biru. Tapi baru juga seruput pertama, jantung berdegup karena… gawang kita sudah jebol!

Menit ke-15, Daichi Kamada melompat seperti pendekar turun dari Gunung Fuji, menyundul bola dengan penuh rasa dendam sejarah, membuat Emil Audero yang baru saja selesai doa pembuka harus merelakan jaringnya koyak seperti dompet akhir bulan. Skor 1-0. Para penonton menatap layar dengan tatapan kosong, sebagian berpikir untuk mengganti channel ke sinetron.

Belum sempat napas rakyat ditarik utuh, empat menit kemudian Takefusa Kubo menusuk seperti shuriken dilepaskan oleh ninja Kyoto, dan boom! 2-0. Emil belum sempat menyusun pertahanan emosi, bola sudah bersarang lagi. Pisang goreng jatuh ke lantai, kopi mendadak terasa seperti air mata. Ini bukan pertandingan, ini eksorsisme sepak bola. Samurai Biru tidak sedang main bola, mereka sedang menulis puisi dengan kaki, dan puisi itu bertema "Penderitaan Garuda."

Pasukan Patrick Kluivert mencoba bertahan dengan formasi 3-4-2-1, tapi rasanya seperti menyusun barikade dari sedotan plastik menghadapi tsunami. Ole Romeny masuk ke jantung pertahanan Jepang, tapi begitu sampai, malah kena bypass. Jepang main seperti satu tubuh, satu jiwa, satu kode cheat FIFA. Sementara Jay Idzes yang ditunjuk sebagai kapten Timnas, berteriak penuh heroik, “Jangan takut!”tapi lawannya ranking 15 dunia, sedang kita… ranking 115. Ini bukan pertarungan, ini perbedaan kasta bola yang hanya bisa dijembatani oleh mukjizat atau editan Photoshop.

Menit ke-45, Daichi Kamada kembali beraksi. Dribelnya seperti aliran sungai yang menghanyutkan, membelah pertahanan seperti guntingan kertas. Emil hanya bisa melihat, seperti kiper bayangan dalam cerita rakyat. Skor 3-0 menutup babak pertama. Warung kopi mulai sepi, barisan nobar bubar perlahan. Sisa yang menonton hanya orang-orang tangguh, pecinta sepakbila sejati, atau yang sudah pasrah dengan hidup.

Masuk babak kedua, harapan dibangkitkan kembali. Namun, Jepang masih lapar. Ryoya Morishita di menit 53 membuat pertahanan Indonesia seperti parade sirkus, atraktif tapi tak berguna. Skor 4-0. Tiga menit berselang, Shuto Machino mencabik sayap Garuda seperti tokoh antagonis anime yang sudah kehilangan semua keluarganya. 5-0. Di rumah-rumah, banyak yang mulai menghitung cicilan KPR atau tiba-tiba ingin belajar meditasi.

Keisuke Osako, kiper Jepang, sepertinya sempat tidur siang di tengah pertandingan. Bola dari Timnas nyaris tak pernah mendekat. Sementara Emil Audero bekerja lembur tanpa bonus. Menit 79, Mao Hosoya melengkapi penderitaan. Skor 6-0. Para komentator sudah kehilangan kata, netizen kehilangan harapan, dan Emil kehilangan kepercayaan diri.

Tapi jangan salah. Walau kalah telak, Garuda tetap lolos ke ronde keempat. Ya, kita kalah, tapi tak hancur. Kita dibantai, tapi tetap berdiri. Seperti pendekar tua di akhir cerita silat, berdarah, tertatih, tapi tetap menatap matahari dengan dada membusung. Karena ini bukan sekadar sepak bola. Ini adalah cinta. Cinta, seperti Garuda, tak pernah benar-benar mati.

#camanewak
Rosadi Jamani
Ketua Satupena

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Buka terus info, ambil artikel bermanfaat,sebarkan ke semua orang,
Untuk mencari artikel yang lain, masuk ke versi web di bawah artikel, ketik judul yang dicari pada kolom "Cari Blog di sini " lalu enter

POLYESTER

CARA ORANG BODOH BERFIKIR

Orang bodoh bukanlah mereka yang tidak tahu, tetapi mereka yang menolak untuk tahu. Ketika seseorang sudah menutup pintu pikirannya—baik kar...