Pemerintah menganggarkan dana khusu untuk
pemenuhan Gizi para pemain bola yang berbakat dari kecil dimasukan Camp
pelatihan yang berkesinambungan.
6 6.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa dalam
membentuk Team sepak bola yang solid memerlukan dana yang tidak sedikit,
falsafah jawa mengatakan JER BASUKI MOWO BEO, maksudnya apabila ingin merengkuh
kesuksesan tidak bisa terlepas dari biaya ( dana ), namun apakah sulit mencari
dana untuk Sepak Bola ? saya yakin dengan animo masyarakat tentang sepak bola
indonesia begitu mestinya akan sangat mudah mencari dana hanya saja asalkan
pengelola dana trnsparan dan tidak boleh di korupsi.
SOLUSI :
Coba kita mulai hitung berapa jumlah
penduduk di Indonesia, dan mayoritas adalah suka sepak bola, bisa dilihat saat
ada pertandingan animo masyarakat berbondong-bondong ke stadion juga yangnonotn
di layar kaca juga jutaan, seandainya dari sekian banyak pendududk Indonesia
itu masing-masing menyumbang 2.000 saja untuk sepak bola setiap bulan sudah
berapa milyar uang terkumpul setiap bulan.. belum lagi dimintakan donasi ke
perusahaan-perusahaan, ke PNS2.... hanya saja pengelolaanya harus transparan,
la wong mengumpulkan dana untu Bu saeni yg kena gusuran satpol PP saja dalam
sekejap bisa terkumpul 260 jt... ini untuk kepentingan bangsa mestinya akan
lebih meudah mengumpulkan uang bermilyar-milyar.
7.
Faktor yang tidak kalah penting yaitu mental
para pemain dan pelatih yang sepertinya tidak mempunyai semangat juang tinggi,
ini sangat kelihatan saat pertandingan di laksanakan, kadang pemain mudah
emosi, demikian juga pelatih, kalau kemasukan gol mental langsung down tidak
seolah-olah permainan sudah usai.
SOLUSI :
Harus ada pembinaan karakter dan mental bagi
para pemain maupun pelatih.
Sebenarnya saat terbentuknya timnas U-19 bentukan coach Indra Sjafri, hampir terbentuk karakter sepak bola Indonesia, namum mengapa akhirnya kandas juga ? padahal waktu itu hampir memberikan harapan besar bagi seluruh rakyat Indonesia.
Semua kembali ke mental para pemain, dan juga postur tubuh yang benar-benar tidak mendukung, bisa dilihat sangat nyata dalam setiap laga liga domestik, permainan antar klub kelihatan hidup dengan pemain-pemain asing yang memiliki postur tubuh tinggi-tinggi, sedangkan pemain lokal akan bisa sedikit hidup kalau ditopang dan di support oleh pemain-pemain asing tersebut.
Mengenai mental pemain harus ditanamkan kepada para pemain agar menghormati keputusan wasit, hal seperti ini sepertinya masih belum bisa tertanam dalam para pemain apalagi kebetulan temany sedang posisi kalah jumlah gol, apabila ada keputusan wasit yang menimpa kepada team yang kalah, selalu saja memprotes dan mengedepankan emosi bahkan sampai melakukan tindakan fisik terhadap wasit.
Untuk itu seharusnya ada undang-undang kriminalitas dan hukum pidana dalam sepakbola apabila sudah melakukan tindakan fisik
Sebagai contoh wasit yang telah mengambil keputusan yang tidak bisa diterima pemain dan pemain melakukan tindak kekerasan, maka pemain tersebut harus diproses hukum kalau perlu dijebloskan ke dalam penjara.
Misal ada pemain yangmencederai pemain lawan dengan sengaja dan berakibat fatal seperti patah tulang, sehingga pemain harus istirahat total , maka ada jeratan hukum, atau sipemain yang mencederai harus menggaji pemain yang tercederai samapai bisa main bola lagi, kalau sampai tidak bisa main bola lagi harus mengganti ganti rugi untuk menunjang kehidupan pemain yang tercederai.
Indonesia memilki wilayah yang sangat luas, mestinya tidak ada alasan untuk kekurangan lahan dalam membangun infra struktur lapangan bola, sehingga sepak bola akan maju dan bisa berbicara dikancah Dunia.
Sebuah catatan :
Melihat penampilan Timnas U-19 dalam kontes perhelatan piala AFF 2016 di Vietnam, mulai saat melawan Myanmar kami perhatikan sangat mengecewakan, permainan tiada pola, tidak ada visi, tiada strategi, tidak punya karakter, lebih parah saat melawan Thailand, pamain seperti kebingungan, cara kontrol bola maupun passing-passing tidak akurat, masih lebih bagus saat ditangani pelatih Indra Safri...
Jangan menjadikan alasan bahwa persiapan mepet, dana kurang dan lain-lain untuk menutupi kehancuran ini...
Terulang saat melawan Australia, sudah unggul 1-0, sangat nampak jelas kelemahan-kelemahanya, pemain belakang tidak bisa koordinasi, semua pemain bingung saling bertumpuk, sepertinya pelatih tidak belajar dari kekalahan, permainan masih saja tidak punya visi, akhirnay kalah juga dengan skor 1-3, saat bermain dengan laos bisa unggul 3-1 apakah itu merupakan tanda kebangkitan ? belum... karena Laos secara sejarah sebenarnya levelnya masih jauh di bawah Indonesia, masih sering pemain belakang kebingungan menghalau serangan lawan.
Memang ini anak-anak masih muda, baru tahap awal, mereka masih panjang untuk bisa berkembang, namun negara lain juga masih muda, juga tahap awal tapi mereka sudah memulai menunjukan perkembangan ke arah yang benar, kalau awalnya saja sudah babak belur, bagaiman ke depanya ? padahal dalam sejarah persepak bolaan Indonesia dahulu tingkat muda sangat berprestasi tapi toh nyatanya setelah dewasa tetep aja terpuruk, apalagi ini awalnya sudah hancur-hancuran.
Hal yang tidak masuk akal kalau sekitar 250 juta penduduk tidak ada 1 teampun yang bisa dijadikan pemain sepak bola hebat, mestinya pelatih atau manager diberi tanggung jawab penuh untuk membina pamian baik dari segi teknik maupun pembentukan karkater dan juga fisik.
Bagiamana mungkin kalah level dengan Timor Leste ? dalam ajang perhelatan ini Timor Leste yang notabene baru kemarin sore, bisa masuk perebutan peringkat 3 padahal Timor Leste masih bagaikan bayi yang baru lahir, belum sampai puluhan tahun merdeka.......
Untuk Timnas Senior dalam menghadapi piala AFF bulan depan mestinya harus benar-benar digodok sampai matang, karena kami amati saat uji coba dengan Malaysia beberpa waktu lalu di stadion Manhan solo, masih terdapat beberpa kelemahan diantaranya kerjasama dan kontrol bola masih sering salah, juga koordinasi dalam proses penyerangan seperti belum padu, walaupun menang 3-0 tapi seperti hanya sebuah keberuntungan karena Gol yang tercipta bukan sebuah rangakaian serangan yag di bangun secara team, kita lihat nanti saat uji coba dengan Vietnam tanggal 9 Oktober.
Melihat permainan dengan Vietnam, sangat kelihatan lini pertahanan kurang koordinasi, kebobolan 2 goal sangat jelas, pemain belakang hanay fokus pada pergerakan bola tanpa mengantisipasi pergerakan lawan.
Tanggal 04.November petang Timnas senior yang dipersiapkan untuk piala AFF menjajal kekuatan Myanmar dan Tanggal 9 November 2016 akan dilaksanakan uji coba tandang, setelah kami amati saAt melawan Myanmar yang notabene hanya pemain Yunior, Timnas belum bisa memetik kemenangan penuh, sangat terlihat secenario serangan, dan pola permainan masih kurang greget, dengan tidak tampilnya Andik Firmansyah dan Ifan Bachdim, sepertinya serangan hanya tertumpu pada sang kapten Boaz Salosa, Zulham zamrun yang biasanya ekplosif tidak kelihatan, di lini pertahanan masih sering salah antisipasi serangan balik lawan, Babak ke dua sangat menurun draastis staminanya, ini perlu pembenahan, akan sangat keteteran saat menghadapi permainan cepat seperti Thailand apabila hal ini tidak diperbaiki, mestinya ada program atihan khusus tiap pagi lari di pegunungan sejauh 10 km, untuk meningkatkan kekuatan kaki dan berlari.
Pertandingan uji coba terakhir melawan Vietnam, sebagaimana saya prediksi sebelumnya yang akan mengalami kekalahan dan kedodoran, jelas sekali dari segi stamina Timnas sangat kalah jauh, dari pola serangan demikian, harus ada menu khusus untuk menghadapai piala AFF kalau tidak ingin dipermalukan, terlebih Indonesia berada di Group berat karena ada Thailand, tidak diragukan lagi permainan Thailand secara teknik sudah berstandart eropa, kecepatan dan kerjasamanya sangat rapi, kalau Mas Ridl tidak bisa memoles Timnas dengan cepat, maka hanya akan menjadi bulan-bulanan.