Gagal sudah Timnas Indonesia U - 22 dalam ajang turnamen regional Asia Tenggara atau Sea Game 2025 untuk pertama kalinya timnas Indonesia tersingkir di babak penyisihan group yang terdiri 3 negara yaitu Indonesia, Philipina dan Myanmar.
Timnas Indonesia di bawah kepelatihan Indra Sjafri harus pulang dengan gigit jari karena tidak mampu melangkah lebih jauh akibat kalah dengan Philipina 0-1, meskipun menang 3-1 dengan Myanmar nyatanya ini tidak bisa mengambil posisi runner up terbaik, karena kalah dengan Malaysia meskipun memilki nilai sama dan selisih gol sama, akan tetapi Timnas Indonesia kalah di produktivitas jumlah gol karena Malaysia mampu melesakan 4 gol ke gawang lawan-lawanya sedangkan Indonesia hanya 3 gol.
Tentu hasil ini membuat para pecinta sepak bola kecewa berat karena belum lama ini Timnas Senior gagal melaju ke putaran final piala dunia, dan timnas U-23 gagal di penyisihan group piala Asia, dan semua ini menurut para pecinta sepakbola nasional akibat keputusan yang di ambil oleh ketua PSSI ,Erick Thohir yang melakukan blunder memecat pelatih Shin Tae Yong, karena menurut para pecinta Timnas progress di bawah pelatih Shin Tae Yong sepakbola Indonesia mengalami kemajuan yang signifikan.
Kegagalan di Sea Game seolah merupakan penyempurna kegagalan PSSI dalam mengelola persepak bolaan Indonesia di bawah Erick Thohir.
Hal yang membuat semakin tidak beresnya PSSI sudah merupakan bukti bahwa Indra Sjafri telah gagal menangani tim U-20 untuk piala asia padahal sudah melakukan TC berbulan-bulan, mengapa masih diberi kepercayaan untuk melatih timnas U-22 untuk Sea Game ?
Disclaimer : artikel di bawah ini diambil dari acun FB Timnas Mania
Anggota Komite Eksekutif PSSI, Arya Sinulingga, memberikan klarifikasi terkait pernyataannya soal tim kepelatihan terbaik Timnas Indonesia.
Klarifikasi itu disampaikan dalam siniar Bebas Podcast di kanal YouTube miliknya saat mengundang pengamat sepak bola Haris Pardede.
Arya mengatakan bahwa tim kepelatihan terbaik yang ia maksud lebih bersifat struktural dari akar rumput, U-17, U-20, U-23, hingga senior.
"Jadi bertahun-tahun PSSI itu tidak pernah nyambung antara (pelatih) akar rumput, U-17, U-20, U-23, dan senior."
"Jadi yang saya sampaikan kemarin adalah kesinambungan, jadi bukan orang (pelatih)."
"Kesinambungan dari Simon Tahamata, Nova Arianto, Frank van Kampen, Gerald Vanenburg, dan Patrick Kluivert dkk," kata Arya.
"Luis Milla dulu gak nyambung, Shin Tae-yong dulu gak nyambung dengan Indra Sjafri dan Bima Sakti."
"Saya selalu melihat struktural, bukan orangnya," kata Arya.
📝 Superball
Coach Indra Sjafri akhirnya “mengakhiri” perdebatan soal target emas atau perak yang sempat menjadi sorotan antara Ketum PSSI Erick Thohir dan Zainudin Amali. Tragisnya, bukan dengan prestasi—melainkan lewat kegagalan lolos dari fase grup.
Jujur saja, kegagalan ini terasa sangat janggal. Indonesia datang sebagai juara bertahan, penuh percaya diri, bahkan sebagian pihak sudah membayangkan langkah mulus hingga babak final. Euforia itu begitu besar, seolah tiket menuju partai puncak hanya menunggu waktu.
Namun realitas di lapangan berkata lain. Hasil di Sea Games kali ini memastikan Indonesia tak meraih emas, tak meraih perak… dan justru menyisakan banyak tanda tanya besar: soal kesiapan, strategi, hingga arah pembinaan tim.
Pertanyaannya sekarang—setelah “target” emas dan perak dipastikan hilang—apa yang sebenarnya kita dapatkan?
❌🇮🇩GAGAL TOTAL 2025
Tiga kompetisi, tiga pelatih, tiga kegagalan. Tahun 2025 menelanjangi ilusi bahwa sepakbola Indonesia sudah keren dan “level Asia”.
Faktanya, kita tidak pernah ke mana-mana.
PSSI lebih sibuk dengan beragam keputusan impulsif dan drama tanpa ujung daripada membangun fondasi yang jelas.
Hasilnya?
Gagal ke Piala Asia U-23, gagal ke Piala Dunia, dan bahkan gagal di SEA Games.
Ini bukan nasib buruk, melainkan buah dari tata kelola yang sangat kacau !!!


